Interconnectedness and One Love

Dahulu aku melihat hidup begitu bobrok, hingga dosenku berkata kepadaku, “berubahlah…” tapi kenapa saat dia bilang berubah itu langsung menghunus kedalam hingga dari saat aku SD, saat aku memang tidak menanggap serius segalanya? sekolah, orang-orang, guru-guru, orang-orang disekitarku. lingkungan. I hate them all. I despise them.
it always me VS the world.
namun sekarang saat semuanya sudah stabil dan settle aku memandang dunia seperti aku memandang anakku, penuh cinta. aku membaca buku yang penuh filosofi tentang bagaimana sebenarnya dunia ini adalah sebuah ibunda besar, the mother-earth. dan apabila kita ingin menjadi satu kepadanya maka kita harus merasakan cintanya kepada kita, merasa diayomi, dan percaya kepadanya. dan ntah dibuku apa, aku membaca bahwa kita bukan berasal dari langit, oleh sebab itu kita bukan entitas yang terpisah. kita berasal dari bumi, kita adalah bagian dari bumi. kita sama dengan pohon-pohon, hutan dan segala mahluk hidup yang ada dibumi, kita adalah bumi.
dan segala yang berada di mother-earth atau cinta ibu adalah sesuatu yang berbasis oleh cinta.
cinta, cinta, cinta, so overrated. people always try to romanticizing something. but now, wow! how I understand this. we just one big love.
sebagai manusia kita hanya lahir dari cinta, saat lahirpun kita hanya membutuhkan cinta, orang-orang yang defisit cinta menjadi orang-orang yang pincang, hatinya, pikirannya.
bahkan saat orang-orang bertindak jahat dihiduppun ia tak sadar telah mencemari hidupnya sendiri, itu karena ia melenceng dari apa yang menjadi basisnya, cinta.
interconnectedness membuat kita memandang dari tempat yang lebih tinggi dan besar, cinta dari mother-earth itu sendiri, basis kita sebagai manusia, dan juga cinta Ibu kepada kita.

wow, hebat, hebat, hebat.

I read a lot of psychology books lately

Dan salah satu buku yang menonjol adalah karangan M. Scott Peck (kayaknya M yang didepannya bukan Muhammad soalnya dia orang barat… *gak penting) berjudul “The Road Less Travelled.”
dari semua buku yang berkesan, mungkin ini adalah buku yang buatku paling berkesan, karena menurutku narasinya sangat enjoyable, really shows hows trully bright minded M. Scott Peck has. dan mungkin agak-agak membuatku bertanya-tanya how damage his life is… 😀 but no, he is just really, really smart. he’s born in wealthy family with complete loving family, with great education and end up in Harvards.
Mungkin dibab awal-awal saat dia menyebutkan bahwa salah satu surat dari fansnya bilang dia adalah new prophet, karena memang dia membawa sesuatu enlightment kedalam sebuah GAP di antara zaman dulu dan zaman sekarang. (dizamannya, 80-90an) sungguh menakjubkan soalnya masih related bahkan lebih related dizaman sekarang, 2019 where we tend to caught in this so called “modern life”.
there’s a big old gap, between 90’s masa-masa dimana aku dilahirkan, hingga sekarang 2019, dimana seharusnya ada perubahan atau revolusi dalam berpikir, antara hidup dizaman itu, dan seketika harus berubah untuk cope dizaman sekarang. gak heran banyak sekali orang atau generasi yang terkena anxiety, gejala depression, entah mereka sadar atau tidak, namun sebenarnya semuanya mengakar ke dunia mikro (dunia yang dibentuk oleh orangtua kita ketika kecil) dan akhirnya kesadaran kita untuk membentuk sendiri dunia makro kitalah (semacam interconnectedness) yang menentukan bagaimana kita dapat survive dizaman modern seperti sekarang.
dan dari dunia mikro ke dunia makro tentu banyak melibatkan proses berpikir yang tidak sebentar.
keputusanku untuk mundur dari medsos (i’ve delete my twitter and insta account), mungkin salah satunya adalah ini.
is it ok, untuk mundur sejenak dari dunia untuk mengetahui apa yang kita inginkan sebenarnya.
is it ok untuk back up sejenak dari hingar bingar medsos untuk menentukan apa yang kita suka dan tidak sukai.

81jnqv3iziL.jpg

karena narasi dan cara menulis yang enak, seperti kayak diayomi, aku jadinya membacannya dengan sangat sangat sayang. kayak gak rela buku ini cepat habis. karena buku-buku psikologi gini memang kayaknya susah didapat di Indonesia. aku sendiri download di Kindle, dan one day if I finally have my own personal library maybe I will get one of this in hardcover.

it starts with this opening lines:
“Life is difficult. This is a great truth, one of the greatest truths. It is a great truth because once we truly see this truth, we transcend it. Once we truly know that life is difficult-once we truly understand and accept it-then life is no longer difficult. Because once it is accepted, the fact that life is difficult no longer matters.”

and other famous quotes maybe this:
“Problems do not go away. They must be worked through or else they remain, forever a barrier to the growth and development of the spirit.”

this is a really profound book about personal development, mengenai isinya pokoknya intinya hal-hal yang mungkin menjadi pertanyaan di dikepala kita selama ini, yang mungkin hanya akan bisa dijawab hanya dengan wisdom atau perjalanan hidup terus menerus selama puluhan tahun akan dijawab *tring!* dengan instan oleh buku ini. paling tidak untuk aku.

singkatnya buku ini penting, sangat penting. dan aku menangis karena orang-orang yang menulis buku-buku yang saya sukai kebanyakan sudah meninggal, saya lalu berdoa semoga mereka tenang disurga, how I adore them with their great heart and mind.
lain kali saya akan tuliskan buku-buku yang penting lagi dihidup saya, OK.

29 January 2019